Pekanbaru (PWMRIAU.OR.ID) - Sebagai bentuk komitmen dalam meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan komunitas disabilitas, Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Riau resmi menjalin kerja sama dengan Kementerian Agama Kota Pekanbaru. Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) yang dilaksanakan pada hari Kamis (26/6/2025) di ruang rapat Pimpinan Wilayah Muhammamdiyah Riau, Jl. KH Ahmad Dahlan. No. 88 Kota Pekanbaru.
Penandatanganan MoU dilakukan langsung oleh Ketua LDK PWM Riau, Ust. Dr. Santoso dan Kepala Kementerian Agama Kota Pekanbaru, Drs. H. Syahrul Mauludi, MA. Turut hadir dalam acara tersebut, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Riau, Dr Afrizalnur, M.A.
Dalam sambutannya, Dr. Santoso selaku Ketua LDK PWM Riau menyampaikan bahwa kerja sama ini merupakan bagian dari dakwah inklusif yang menjadi prioritas gerakan Muhammadiyah, khususnya dalam merangkul dan memberdayakan saudara-saudara penyandang disabilitas agar dapat berdaya secara spiritual, sosial, dan ekonomi.
Muhammadiyah percaya bahwa dakwah harus menyentuh semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Melalui kerja sama ini, kami ingin memastikan bahwa komunitas disabilitas memiliki akses terhadap pembinaan keagamaan dan pelatihan kemandirian yang layak dan berkelanjutan," ujar Santoso.
Sementara itu, Kepala Kementerian Agama Kota Pekanbaru Drs.H. Syahrul Mauludi, MA menyambut baik kolaborasi ini dan berharap agar program-program yang dijalankan nantinya dapat memperkuat inklusivitas dan menjadikan lembaga keagamaan sebagai garda terdepan dalam memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas.
"Kementerian Agama siap menjadi mitra strategis dalam pembinaan nilai-nilai keagamaan yang rahmatan lil ‘alamin, serta memperkuat sinergi antara pemerintah dan organisasi masyarakat," tuturnya.
Ustaz Dr. Dian Oka Putra selaku penyelenggara program menyampaikan MoU ini mencakup sejumlah program, antara lain pelatihan spiritual dan keterampilan bagi komunitas disabilitas, pendampingan rohani, serta pengembangan model dakwah komunitas berbasis inklusif. Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal dalam menciptakan ekosistem sosial yang lebih adil dan manusiawi bagi semua kalangan. (rls)