BERITA PWM TERKINI

Sejarah

Perkembangan Muhammadiyah di Riau

Perkembangan Muhammadiyah menjelang satu abad telah menjadi sejarah tersendiri dan banyak memberi pengaruh terhadap pembaharuan Islam di tanah air. Perkembangan Muhammadiyah telah menjadi pioneer dalam pembaharuan Islam di tanah air dan menjadi sebuah organisasi sosial keagamaan yang mampu bertahan dalam durasi yang paling lama diantara organisasi-organisasi Islam lain diberbagai belahan dunia termasuk Indonesia (LPI. PP Muhammadiyah, 2010: ix-x). Perkembangan Muhammadiyah di Indonesia pada umumnya memberi kontribusi yang cukup baik terhadap kemunculan pemuda yang berjiwa merdeka, berakidah Islam, sanggup menentang penjajahan Belanda dan penjajahan Jepang. Sehingga keberhasilan kemerdekaan Indonesia salah satunya berkat perjuangan kaum Muhammadiyah, seperti Kyai Haji Mas Mansur (M.C. Ricklefs, 2005: 306).

Peran Muhammadiyah dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dibenturkan dengan keadaan politik yang tidak stabil. Muhamamdiyah harus menerima keadaan politik kolonialisme yang tidak diinginkan oleh penjajahan Belanda, hal ini mendorong kemunculan paham-paham Islam tradisonal untuk memperkuat eksistensinya di wilayah dakwah muhammadiyah. Pertentangan antar sesama masyarakat Indonesia terus terjadi. Kemudian keberadaan Muhammadiyah dalam situasi ini dihadapkan dengan maraknya upaya kristenisasi dan pola pendidika barat yang bertentangan dengan nilai keislaman dan terjadinya perpecahan antar faksi sesama lembaga dakwah. Kondisi ini membuat Muhammadiyah semakin kuat dalam mengahapi perluasan dakwah termasuk daya tahan dalam perjuangan kemerdekaan (Alfian, 2010: 384-489). Pengaruh kehidupan Muhamamdiyah pada tingkat pusat juga terjadi di daerah aktifitas dakwah yang disung pada masa perjuangan kemerdekaan ditemukan di Kampar. jika dilihat dala perspektik kekinian Muhamamdiyah Kampar turut menerima tantangan politik dan perjuanagn. Namun tetap saja kebedaan Muhammadiyah dlam pergulatan dakwah dan politik tersu berjalan. Kontribusi tokoh-tokoh Muhammadiyah dalam melakukan dakwah diluar kelembagaan terus berjalan dengan baik yaitu dengan menduduki posisi strategis dalam bidang pemerintahan, pendidikan dan sosial. Kondisi ini ditemukan dalam pengembangan pembaharuan Islam di Kampar merupakan wujud dari dasar pemikiran program Muhammadiyah untuk menciptakan keislaman yang sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya (Kep. Musyawarah, 2001: 6). Meskipun banyak tokoh-tokoh Muhammadiyah yang mengisi bidang-bidang lainnya, namun Muhammadiyah secara kelembagaan tetap berjalan dan mendapat kekuatan dukungan yang ditandai dengan pelaksanaan kegiatan yang berjalan lancar. Proses awal perkembangan Muhammadiyah di Riau terwujud pada dekade tahun tiga puluhan. Daerah pertama yang mendapat pengaruh Muhammadiyah adalah daerah Kampar yang secara langsung dikembangkan oleh pelajar-pelajar Kampar melalui pendidikan Islam di Minangkabau, seperti di daerah Payakumbuh, Bukittinggi dan Padang Panjang.

Pelajar Kampar yang belajar di Minangkabau adalah Ayub Syarofi berasal dari Pulau Terap, Fuad Nazir berasal dari Kuok dan Abdul Hamid dari Penyesawan. Meskipun Muhammadiyah di Kampar didirikan pada tahun 1937, namun pengaruhnya sudah dirasakan semenjak awal Muhammadiyah berkembang di Minangkabau. Hal itu terjadi disebabkan pelajar-pelajar Kampar banyak menimba ilmu di Minangkabau dalam kurun waktu 1920-an (M. Amin, 1989: tanpa tahun). Selain Kampar ada beberapa daerah yang menjadi basis awal perkembangan Muhammadiyah di Riau seperti daerah Lubuk Jambi dan Bagan Siapiapi. Muhammadiyah masuk dan berkembang di Lubuk Jambi melalui kontak langsung dengan daerah Minangkabau. Proses awal dari perkembangan Muhammadiyah di daerah Lubuk Jambi dengan diutusnya Dasin Jamal dan Sulaiman Khatib ke Padang Panjang untuk menemui konsul Muhammadiyah, Buya AR St Masyur. Pada tanggal 8 November 1937 berdirilah Ranting Muhammadiyah di Lubuk Jambi (SK No. 658/tanggal 15 November 1937. ANRI) Pada tanggal yang sama, terbentuk pula Muhammadiyah cabang Taluk Kuantan tanggal 8 November 1937 (SK No. 659/tanggal 15 November 1937. ANRI). Berbeda dengan berdirinya Muhammadiyah di Bagan Siapiapi, yaitu tidak melalui kontak langsung dengan daerah Minangkabau melainkan dengan daerah Muhammadiyah di Sumatera Utara (Asani, 2006: 4).